Percakapan Panglima Khalid bin Walid dan Gergorius Teodorus

Percakapan Dua panglima BesarDiantara pertempuran besar antara pasukan Islam dan Roma adalah pertempuran di kota Yarmuk. Pasukan Roma kala itu berjumlah sekitar 240.000 orang dengan salah satu panglima besarnya bernama Gergorius Teodorus, yang dalam literature Arab dipanggil Jirji Tudur. Ia adalah seorang panglima yang memiliki pengalaman tempur yang sangat banyak. Ia ikut dalam perang Roma-Parsi yang berlangsung belasan tahun lamanya dan karena senantiasa bergaul dengan lapisan bangsawan suku besar Ghassani dalam medan-medan pertempuran itu, akhirnya ia menguasai bahasa Arab dialek Syam. Sedang pasukan Islam hanya berjumlah 39.000 orang dibawah pimpinan panglima besar Khalid bin Walid. Ia adalah panglima pemberani yang selalu merindukan mati di medan perang sebagai Syahid. Sebagai bukti keberaniannya, di hamper seluruh tubuhnya terdapat luka bekas goresan pedang musuh dalam upayanya mempertahankan Panji Islam. Ia juga panglima yang memiliki strategi perang yang sangat hebat.

Pada masa jahiliah, dimana Khalid bin Walid masih menjadi panglima perang kafir Quraisy, ialah yang mampu membalikkan kemenangan umat Islam menjadi kekalahan dalam perang Uhud. Karena keberaniannya dalam membela panji Allah itu ia digelari Saifullah.

Berita tentang kehebatan Khalid bin Walid dalam berbagai pertempuran selama ini, juga sering di dengar oleh Georgorius. Ini membuatnya menjadi sangat penasaran dan ingin mencoba kehebatannya dalam sebuah duel.

Maka ia pun keluar dari perkemahan Roma dengan peralatan perangnya. Dengan langkah yang tegap dan penuh wibawa ia lalu turun dari kudanya dan menancapkan panji peperangan di tengah medan pertempuran, lalu berteriak memanggil Khalid untuk keluar menghadipinya. Tantangan tersebut diterima Panglima Khalid dan dengan gagah berani ia keluar dari kemahnya, maju kemedan lagi mengendarai kudanya.

Perang tanding antar dua panglima tak dapat terelakkan lagi. Semua kemampuan dan keahlian masing-masing dikerahkan.khalid membabat dan menebas dengan pedangnya, ditanggkis oleh Georgorius dengan tombaknya. Seru. Bala tentara dari kedua belah pihak menyaksikan dengan hati berdebar.

Cukup lama kedua panglima terkenal itu berperang tanding, namun belum ada tanda-tanda ada yang akan kalah.

Pada suatu ketika, tombak panglima Georgorius patah menjadi dua akibat ditebas Khanjar (pedang bengkonk) panglima Khalid. Georgorius tidak menyerah, ia mengganti senjatanya dengan pedang berat.

Pertempuran sengit kembali terjadi! Dan disaat kedua kuda saling mendekat, dua pedang siap berbenturan, debu-debu membumbung berterbangan, gemuruh sorak-sorai menggema, tiba-tiba Georgorius berteriak memanggil Khalid.

”Hai khalid! Berhenti dulu! Aku ingin bertanya padamu!” Panglima Khalid mengurungkan serangannya, agak menjauh dari Panglima Georgorius.

”Silahkan bertanya. Saya siap menjawab sejujurnya,” jawab jendral Khalid setelah turun dari kudanya.

”Coba katakan dengan benar, dan jangan bohongi aku, karena engkaupun tahu, seorang yang merdeka tidak layak berbohong. Dan jangan tipu aku, karena engkaupun mengerti bahwa seorang mulia tidak layak menipu. Coba katakan dengan jujur, apakah betul Allah telah menurunkan kepadamu seorang Nabi membawa pedang dari langit dan lalu menyerahkannya kepadamu sehingga akhirnya engkau diberi gelar Sifullah?”

”Bukan...!” jawab Khalid pendek.

”Kalau memang bukan, kenapa engkau disebut Pedang Allah?” tanya lagi.

Khalid diam sejenak, matanya tajam menatap orang didepannya itu. begitupun juga dengan Georgorius, dengan tetap waspada ia menunggu jawaban Khalid. Pertempuran dengan beradu fisik dan kelihaian memainkan sejata kini terhenti.

Lalu Khalid menjawab pertanyaan Georgorius,
”Ketahuilah, Allah telah mengutus seorang Nabi kepada kami, lalu kami menentangnya, memusuhinya dan memerangainya. Aku termasuk salah satu didalamnya. Akan tetapi belakangan Allah turunkan hidayah kepadaku, lalu aku beriman dan menjadi pengikut Nabi. Beliau berkata kepadaku: engkau sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah, terhunus bila menghadapai para musyrik. Kemudian beliau mendo’akan aku supaya tetap menang. Oleh karena itulah aku dipanggil Saifullah, Si Pedang Allah”.

Georgorius tertegun sejenak. Tampak kerutan di dahinya menandakan ia tengah berfikir. Ia pun kembali mengangkat wajah, kemudian bertanya lagi ke arah Khalid.

”Aku dapat menerima keteranganmu, lalu didalam menjalankan tugas, dakwah (anjuran) apakah yang kau bawa?”

”Dakwah kami adalah mengakui bahwa tiada pujaan lainnya kecuali Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya dan berikrar di dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari-Nya”, jawab Khalid tegas.

”Bagaimana jika tidak bersedia menerimanya?” Georgorius kembali bertanya.
”Membayar Jizyah, sebagai pengakuan atas kekuasaan Islam dan kami berkewajiban menjamin hak miliknnya, nyawanya dan keyakinan yang dianutnya”.

”Jika tidak bersedia menerimanya, apa yang akan terjadi?’, tanya Georgorius lagi.
”Pilihan lainnya adalah perang, dan kami siap untuk itu”.

”Wahai Khalid, bagaimana kedudukan dari orang yang masuk dalam lingkunganmu lalu memilih pilihan pertama (masuk islam) pada hari ini? Tanyanya lagi.

”Kedudukan itu pada kami cuma sat, tiada beda, sesuai dengan yang telah ditetapkan Allah, baik yang berasal dari keluarga mulia ataupun hina, duluan maupun belakangan”.

”Wahai Khalid, bagaimana mungkin bisa sama, sedangkan engkau lebih dahulu dan ia belakangan?”
”Kami memeluk Islam dan mengikat bai’at terhadap Nabi Besar Muhammad kala ia hidup bersama kami dan kami menyaksikan kebesarannya dan kemukjizatan-kemukjizatan yang ada padanya sebagai tanda kebenaran risalahnya. Sedangkan orang yang beriman belakangan setelah kami, tidak melihat sama sekali sosoknya dan tiada pula menyaksikan keagungannya serta bukti kebenaran risalahnya, namun ia tetap percaya dan menyakininya. Jika apa yang ia lakukan itu jujur dan niatnya jujur, maka sebenarnya ia lebih mulia daripada kami!” jawab Khalid.

Mendengar jawaban Khalid, Georgorius tertegun. Betapa mulia ajaran yang disampaikan kepadanya ini. Ajaran yang begitu toleran, yang tiada membedakan manusia karena status sosialnya, nasab keturunannya, dan harta yang ada padanya. Semua sama dihadapan-Nya, yang membedakan hanyalah kadar keimanannya.

Allah turunkan hidayah kepada Goeogorius. Ia lalu lemparkan perisai Roma-nya dan bergabung dengan Khalid, menyatakan ke-Islaman-nya.

Sejarah mencatat ketika perang Yarmuk yang sebenarnya pecah, Georgorius berdampingan, bahu membahu bersama Khalid bin Walid. Keduanya panglima yang sebelumnya menjadi lawan itu, maju ke medan perang, bertempur membela kalimat Allah tanpa kenal takut. Georgorius akhirnya syahid di dalamnya, setelah sebelumnya menjalankan ibadah shalat dua raka’at bersama Khalid.